28 Nov 2008
Kedengkian ...
(dari Tazkyatun Nafs)

Definisi :

Kedengkian (Hasad) => mengharapkan lenyapnya nikmat dari orang yang didengki, dalam beberapa keadaan merupakan salah satu dosa besar.

Sebab tercelanya kedengkian :
  • Kedengkian termasuk buah dari iri hari, iri hati berasal dari amarah (asasnya), kedengkian memiliki cabang yang tak terhitung.
  • Kedengkian memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar (Abu Daud).
  • Semua permusuhan bisa diharap penghentiannya kecuali permusuhan orang yang memusuhimu karena dengki.
Hakikat & Hukum Kedengkian :

Asal/sebab kedengkian adalah nikmat, menimbulkan dua keadaan :
  1. Membenci dan menginginkan lenyapnya nikmat, hukumnya haram, isyarat Alquran Ali Imron 120. "Jika kamu memperoleh kebaikan niscaya mereka bersedih hati tetapi jika kamu mendapatkan bencana, mereka bergembira karenanya." Kegembiraan terhadap musibah yang dialami orang (syatamah) Al Baqoroh (109), (An-Nisa : 89), contoh kedengkian saudara yusuf.
  2. Tidak menginginkan lenyapnya nikmat, tidak membenci keberadaan dan kelangsungannya, tapi menginginkan nikmat serupa. Disebut gitbah / munafasah atau persaingan sehat, hukumnya terkadang wajib, sunnat mubah.
    "..dan untuk yang demikian itu hendaknya mereka berlomba lomba (Al Muthafifin : 26)." "Berlomba-lombalah kamu kepada mendapatkan ampunan Allah ( Al Hadid : 21)."
    "Tidak ada kebencian kecuali dua hal yaitu seorang yang dikaruniai harta oleh Allah lalu dia menghabiskannya dalam kebenaran, dan seseorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya kepada manusiawi (Bukhari & Muslim)."
    "Perumpamaan ummat ini seperti 4 orang : seseorang yang dikarunia harta dan ilmu oleh Allah dia mengamalkan ilmu dan hartanya, seorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah tetapi tidak dikaruniai harta lalu dia berkata Wahai Tuhan, seandainya aku punya harta si fulan niscaya aku bisa beramal dengannya seperti amalnya, maka kedua orang ini mendapatkan pahala yang sama (Ini merupakan keinginan dari orang tersebut untuk bisa beramal kebaikan seperti saudaranya tanpa mengharapkan lenyapnya nikmat yang didapatkannya), seorang yang dikaruniakan harta tetapi tidak dikaruniai ilmu lalu dia membelanjakannya dalam kemaksiatan kepada Allah, dan seorang yang tidak dikaruniai harta lalu dia berkata seandainya aku punya harta seperti si fulan niscaya aku bisa membelanjakannya seperti dia membelanjakannya dalam kemaksiatan, maka dosa kedua orang ini adalah sama, (Ibnu majah & tarmidzi, hasan shahih)."
    Rosul mencelanya dalam hal angan2 untuk berbuat maksiat bukan dari sisi keinginan untuk mendapatkan nikmat yang dimiliki saudaranya.
    Jadi tidak ada salahnya seseorang berharap mendapatkan kenikmatan seperti yang didapatkan saudaranya selagi tidak menginginkan lenyapnya nikmat itu dari saudaranya dan tidak membenci kelanggengannya.

Tingkatan Kedengkian :
  1. Menginginkan lenyapnya nikmat dari orang lain sekalipun nikmat itu tidak berpindah kepada dirinya (hal ini merupakan tingkat keburukan).
  2. Mengingikan lenyapnya nikmat dan berpindah kepadanya karena ia sangat menginginkan nikmat itu.
  3. Tidak menginginkan nikmat itu sendiri untuk dirinya tetapi menginginkan nikmat serupa, jika tidak bisa mendapatkan nikmat yang serupa maka ia menginginkan lenyapnya nikmat itu agar tidak muncul perbedaan antar keduanya.
  4. Menginginkan nikmat yang serupa untuk dirinya dan jika tidak bisa mendapatkannya maka ia tidak mengiinginkan kelenyapan dari saudaranya.

Tingkatan 1 mutlak tercela, tingkat keempat dimaafkan jika menyangkut dunia, dan dianjurkan jika berkenaan dengan masalah agama, tingkat kedua lebih ringan daripada tingkat ketiga. Tingkatan keempat disebut kedengkian lintas makna tetapi ia tercela berdasarkan firman Allah "Dan janganlah kamu iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain (An Nisa : 32)".
Jadi mengharapkan nikmat yang serupa dengannya tidak tercela tetapi mengharapkan nikmat itu sendiri adalah tercela.

Sebab Kedengkian dan Munafasah :

  1. Permusuhan dan kebencian (QS Ali Imran : 119 - 120)
  2. Taazuz, keberatan jika orang lain mengunggulinya
  3. Kesombongan (Az-zuhruf 31)
  4. Tajub, merasa takjub/ heran jika orang yang sama dengan dirinya mendapatkan derajat / nikmat dari Allah. Qs Yasin 15, Al Mu'minun 47,34, Al-Araf 69.
  5. Takut tidak mendapatkan apa yang diinginkan, berkaitan dengan orang yang memperebutkan satu tujuan, bersaing untuk memperoleh tujuan sama.
  6. Cinta kepemimpinan dan mencari kedudukan untuk dirinya, tanpa mencapai satu tujuan ingin menjadi orang yang tertandingi dalam satu bidang ilmu atau seni.
  7. Buruknya jiwa dan kekikirannya untuk berbuat baik kepada hamba-hamba Allah.

Obat Menghilangkan penyakit kedengkian adalah ilmu & amal.

Dengan Ilmu diantaranya :

  1. Mengetahui secara pasti bahwa kedengkian sangat berbahaya bagi dunia dan agama.
  2. Menyadari bahwa kedengkian adalah membahayakan keberagamaan kita karena dengan dengki berarti telah membenci qadha Allah, tidak suka kepada nikmatNya yang telah dibagikan diantara para hambaNya, dan tidak mau menerima keadilanNya yang ditegakanNya di kerajaanNya dalam kebijaksanaanNya yang tersembunyi bag kita, dan kita mengingkari dan menganggap buruk hal tersebut, ini merupakan kejahatan (jinnayah) terhadap tauhid.
  3. Menyadari bahwa kedengkian membuat kita akan menjadi tersiksa dan sakit di dunia, menghabiskan waktu untuk memenuhi kedengkian saja.
  4. Menyadari bahwa kedengkian tidak mebahayakan orang yang didengki baik menyangkut agama ataupun dunia, karena nikmat tidak akan lenyap hanya semata mata karena kedengkian seseorang.

Dengan Amal diantaranya :

  1. Menghukum kedengkian, setiap melakukan kedengkian berupa perbuatan atau perkataan ia harus menghukum kebahilannya dengan perbuatan sebaliknya, misalkan memuji, menyanjung orang yang didengki.
  2. Tawadhu, bermanis kata (mujamalah), dapat menghancurkan ketegangan.
  3. Menelusuri sebab kedengkian seperti kesombongn, egoisme dan besarnya ambisi yang tidak bermanfaat karena itu adalah komponen penyakit, dan kita harus mengikis komponen tersebut.

Kadar kewajiban dalam menghilangkan kedengkian hati :
Setiap kita dimusuhi atau dibenci maka pasti akan sebaliknya, dalam menghadapi musuh / pendengki :

  1. Tabiat kita mengingikan keburukan mereka tetapi akal membenci keinginan tersebut dan kecenderungan hati untuk menolak kebencian itu, serta mencari alasan untuk menghilangkan kecenderungan tersebut dari hati, termasuk dimaafkan karena tidak termasuk ikhtiar kedengkian.
  2. Menginginkan hal itu dan menampakan kegembiraan atas keburukan dengan lisan dan anggota badan, jelas termsuk kedengkian yang dilarang.
  3. Antara dua pihak itu, mendengki dengan hati tapi mencela diri atas kedengkian tersebut, juga tanpa mengingkari hati tetapi menahan anggota badan dari mentaati tuntutan kedengkian, masih menjadi perselisihan, tetapi pendapat yang kuat tidak terhindar dari dosa sesuai dengan kadar kuat dan lemahnya kedengkian yang ada

~disadur dari milis tetangga~

Label:

posted by Utami @ 12.56  
0 Comments:

Posting Komentar

<< Home
 
 
About Me


Name: Utami
Home: Balikpapan, Indonesia
About Me:
See my complete profile

Previous Post
Archives
Links
Template by
Blogger Templates